Kamis, 22 April 2010

’Kemiskinan diciptakan oleh Sistem’

Bangsa Indonesia tidak perlu pesimis dalam upaya mengentaskan kemiskinan di negeri ini. Maraknya korupsi di Indonesia juga tidak menjadi alasan bahwa upaya pemberantasan kemiskinan tidak bisa dilakukan.

“Bangladesh itu juga negara dengan tingkat korupsi yang sangat tinggi. Tetapi nyatanya dengan kerja keras pengentasan kemiskinan bisa dilakukan,” kata peraih Nobel perdamaian 2006 Muhaamd Yunus kepada wartawan usai memberi kuliah umum di Kampus UGM, Sabtu (11/8).

Menurut Yunus, salah satu hal yang penting dalam pengentasan kemiskinan adalah pemberdayaan langsung kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Dan kelompok wanita, menurut Yunus, merupakan kelompok yang bisa berpotensi untuk diberdayakan.

“Seperti yang kami lakukan di Grameen Bank dengan memberi kredit pada wanita yang ternyata cukup efektif dalam meningkatkan ekonomi masyarakat karena kaum wanita mempunyai kelebihan dalam manajemen keuangan,” ujarnya.

Apa yang dilakukan para sebagian besar kaum wanita di Bangladesh? setelah mendapatkan pinjaman, mereka langsung membeli gabah di pasar lalu menggiling gabah tersebut kemudian menjualnya dalam bentuk beras. “Dari usaha ini mereka mendapatkan jumlah penghasilan 6-7 kali lipat dari pada penghasilan mereka sebelumnya,”ungkap profesor ekonomi di Universitas Chittagong, Bangladesh.

Sementara itu di dalam kuliahnya, Yunus menekankan perlunya perbaikan pada sistem perbankan. Karena sistem yang ada selama ini tidak memberi peluang kepada kelompok miskin untuk mendapatkan akses modal. Padahal, modal menjadi hal utama untuk kaum miskin dalam upaya bangkit dari keterpurukan ekonomi mereka.

“Untuk itu perlu perubahan pada sistem bank yang selama ini. Sistem harus dibuat agar akses masyarakat miskin lebih luas lagi,” katanya.

Namun diakui Yunus untuk merubah sistem harus diawali dengan perubahan pola pikir masyarakat, khususnya kalangan perbankan yang tidak sekedar memikirkan keuntungan mereka. “Selama ini kalangan perbankan hanya berfikir bagaimana mencari uang tetapi tidak berfikir bagaimana agar uang itu berkembang sekaligus bermanfaat bagi kaum miskin,” ujarnya.

Menurut Yunus, kemiskinan bukan diciptakan oleh masyarakat miskin tapi diciptakan oleh sistem yang ada di masyarakat, “ Namun apabila kita semua tidak peduli terhadap kemiskinan, berarti kita juga sudah menjadi bagian dari sistem yang menciptakan kemiskinan itu sendiri,” imbuhnya.

“Kita jangan hanya sibuk mengerjakan hal-hal yang kecil saja tapi bagaimana kita bisa memikirkan dan mengerjakan hal-hal yang besar yang akan kita hadapi dalam beberapa tahun ke depan,” tambahnya.

Maka dari itu, kata Yunus, setiap universitas harus mampu membentuk mindset para mahasiswanya agar dengan mindset tersebut mereka mampu menghadapi masa depannya yang lebih baik ketika sudah lulus.

Sebelum memberikan kuliah umum, paginya Muhammad Yunus diterima langsung oleh Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi, M.Eng Ph.D dalam acara ramah tamah di ruang rektor, didampingi oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Prof Dr Retno Sunarminingsih M.Sc Apt.

Kuliah umum yang disampaikan Muhammad Yunus mengambil tema ‘Poverty Alleviation throught Empowering Microfinance’ berlangsung selama dua jam, dengan diakhiri sesi tanya jawab. (Humas UGM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar